Friday, 11 April 2014

ASUHAN PADA SISTISIS

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia terutama wanita. Infeksi saluran kemih bertanggung jawab atas 6 juta kunjungan pasien kepada rumah sakit setiap tahunnya di AS. Secara mikrobiologi, infeksi saluran kemih dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria yang bermakna (ditemukan mikroorganisma patogen 10 s/ml Pada kemih aliran tengah yang dikumpulkanm secara benar)
Abdominalis dapat hanya berupa kolonisasi bakteri dari kemih (bakteriuria asimtomatik) atau bakteri dapat disertai infeksi simtomatik dari etruktur-struktur saluran kemih. ISK umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar yaitu:
Infeksi saluran kemi bawah ( Prelonefritis, sistisis, Prostatitis) dan. Infeksi Saluran Kemih atas (prerlonefritis akut). Sistisis akut adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbiditas.

BAB II

A.Konsep Dasar Medik

1.Defenisi

Sistisis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Hal ini disebabkan oleh aliran balik urina dari uretra kedalam kandung kemih (repluks uretrovesikal) kontaminasi Fekal, atau penggunaan kateter atau astoskop

2.Etiologi

Sistisis terjadi lebih sering pada wanita, biasanya disebabkan oleh Escherichia Coli. Awitan aktivitas seksual berkaitan dengan peningkatan frekuensi infeksi saluran perkemihan pada wanita, terutama mereka yang gagal untuk berkemih setelah melkukan hubungan seksual. infeksi juga berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diagpragma karena kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih.
Sistisis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberpa faktor (Mis, Prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih)

3.Manifestasi klinik

Pasien sistisis sering mangalami
a. Dorongan, sering rasa terbakar dasn nyeri saat berkemih
b. Nokturia, Nyeri atau spasme pada region kandung kemih dan area suprapubik
c. Piuria, Bakteria dan hematuria

4.Patofisiologi

Sebagian terbesar infeksi saluran kemih terjadi akibat terkontaminasi urine dengan bakteri gram negative. dengan pasti dibuktikan bahwa bakteri ini berasal dari flora biasa usus besar . Sistisis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi divagina. Defek mukosa uretra, vagina atau genetalia eksterna menyebabkan orgasnisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat diperiuretral dan masuk kedalam kandung kemih. Belum jelas faktor yang menetukan mengapa pada orang tertentu terjadi infeksi saluran kemih dengan menifestasi klinis sedangkan pada orang lain tidak.
Faktor bakteri ditemukan peranan kemanjuran beberapa mikroorganisme untuk berbiak dalam lingkungan asam, memecahkan ureum dan manyebabkan hemolisis. Organisme yang menyebabkan infeksi disaluran kemih biasanya gram negative, tetapi sebagai kekecualian ada juga gram positif (staphylococcus albus dan staphylococcus aureus). Mikroorganisme patogen terbesar yang menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escheherichia Coli.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih terutama disebutkan gangguan pengeluaran urine melalui saluran kemih (obstruksi) dan adanya sisa urine. Aliran yang normal aliran dalam ureter dan uretra. Bersifat laminar yaitu terdiri dari aliran yang lamban dipinggir dan deras ditengah. bakteri serta partikel lain terbawah ditengah dan tidak memperolah kesempatan untuk melekat pada dinding saluran ini. Jika ada perubahan pada dinding saluran urine seperti obstruksi atau stenosis dan repluks dengan akibatnya dilatasi, maka pola aliran darah berubah sama sekali. Terjadi turbelensi dan statis; bakteri lebih lama tinggal diureter dan lebih besar kemungkinan infeksi.
Jumla urine yang diproduksi serta jumlah urine yang dikeluarkan 24 jam juga sangat penting untuk profilaksis dan pengobatan infeksi. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri dari kandung kemih. Pada saat setelah malkukan hubungan seksual disarankan untuk segerah berkemih, terutama pada wanita. Diduga mekanisme koitus mempermudah bakteri disekitar introitus vagina dan uretra, maupun dari genetalia pria masuk kedalam uretra dan kandung kemih.

5.Penatalaksanaan

Penganganan UTI yang ideal adalah agens antibakteriol yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina
Pemberian dosis tunggal , program medikasi short course (3-4 hari) atau long-course (7-10 hari). Upaya ini dilakukan untuk mempersingkat perjalanan terapi antibiotik.
Penggunaan medikasi yang umum mengcakup sulfi soxazole (gantrisin), Trimetroprim/sulfametoxazole (TMP/SMZ, Bacterium, septra), dan nitripurantion(makrodantin). Medikasi seperti ampisilin atau amoksisilin digunakan terapi E. coli telah resisten terhadap agen ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat diresepkan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pada wanita hamil, Cephalexin adalah agens anti mikrobaial pilihan, meskipun amphisilin juga dapat digunakan.

B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
- Aktivitas/istrahat
Gejala : Keltihan, kelemahan
Tanda : Kelemahan otot
- Sirkulasi
Tanda : Suhu meningkat
-Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya peningkatan frekuensi,
berkurangnya volume/ Disuria, dorongan, susa terbakar dan
retensi (inflammasi/obstruksi, infeksi)
Tanda : Perubahan warna urine contoh merah urgensi, polakisuri.
-Neurosensori
Tanda : Gangguan status mental. Contoh penurunan tingkat kesadaran
-Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri pada area kandung kemih, dan suprapubik
Tanda : Gelisah nyri tekan pada Vesica urinaria dan uretra
-Keamanan
Gejala ; Adanya reaksi radang
Tanda : Demam (Sepsi), Rasa panas, Area uretra memerah

2.Penyimpangan KDM


3.Diagnosa keperawatan
1. Nyri s/d peradangan
2. Hipertermi s/d efek langsung dr endotoksin dari hipotalamus, perubahan regulasi tempetratur
3. Perubahan eliminasi s/d kapasitas vesika urinaria berkurang
4. Resti infeksi s/d iritasi pada uretra
5. Kurang pengetahuan s/d kurang uinformasi tentang prognosis dan penyakitnya.
4. Intervensi
1. Nyri s/d peradangan
- Kaji tingkat dan intensitas nyeri
Rasional→Untuk mengetahui derajat dan skala nyeri
-Beri kompres hangat pada bagian yang nyeri
Rasional→ Meningkatkan sirkulasi darah pada bagian yang nyeri
-Anjurkan untuk banyak minum air ± 2-3 ltr/hari
Rasional→Untuk pembersihan vesika urinaria
-Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik
Rasional→ Mengurango prekuensi nyeri
2.Hipertermi s/d efek langsung dr endotoksin dari hipotalamus, perubahan regulasi tempetratur
-Observasi tanda vital, khususnya suhu tubuh
Rasional→Untuk mengetahui keadaan umu klien
-Beri kompres hangat
Rasional→Untuk dapat membantu mengurangi demam
-Anjurkan untuk banyak istirahat
Rasional→Untuk mengurangi aktivitas metabolisme tubuh
-Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik
Rasional→Dapat menurunkan demam
3.Perubahan eliminasi s/d kapasitas vesika urinaria berkurang
-Kaji ferekuensi, karakter , volume urine
Rasional→Membantu dalam menegakkan diagnosa dan menetukan
intervensi
-Siapkan urinal didekat tempat tidur klien
Rasional→Untuk mempermudah klien dalam melakukan eliminasi
urine
-Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2-3 ltr/hari
Rasional→Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
4.Resti infeksi s/d iritasi pada uretra
-Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional→Untuk memastikan adanya infeksi
-Anjurkan sering mengganti pakaian dalam
Rasional→Menghindari kelembapan daerah genetalia
-Anjurkan untuk banyak minum air ± 2-3 ltr/hari
Rasional→ Untuk pembersihan buli-buli
-Anjurkan untuk tidak menhan mictio
Rasional→ Mencegah terjadinya infeksi
5.Kurang pengetahuan s/d kurang uinformasi tentang prognosis dan penyakitnya.
-Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
Rasional→Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
-Berikan informasi yang akurat tentang penyakit, prognosis dan rencana intervensi
Rasional →Untuk menambah pengetahuan klien tentang prognosis
penyakit dan rencana intervensi
-Anjurkan orang terdekat/tenaga kesehatan lainnya untuk ikut berperan serta dalam perawatan pasien
Rasional→Peranserta orang terdekat/tenaga kesehatan akan dapat
menimbulkan rasa aman bagi klien
-Kaji ulang tentang pemberian obat. Anjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obat bebas tanpa persetujuan dokter.
Rasional→ Meningkatkan keamanan pasien dan meningkatkan sikap
kooperatif pasien terhadap pengobatan.

5. Daftar pustaka
1. Suddart dan Brenda, 2001, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. vol 2,
EGC, Jakarta
2. Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta
3. Scholtmeijer. R. J. 1985, Urologi, EGC, Jakarta

ASUHAN PADA SISTISIS Rating: 4.5 Diposkan Oleh: viviensinaga

0 comments:

Post a Comment