Friday 25 April 2014

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

BAB I
PENDAHULUAN
A.Definisi

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih termasuk ginjal akibat proliferasi mikroorganisme. Sebagian ISK disebabkan oleh bakteri tetapi jamur dan virus dapat menjadi penyebabnya.

B.Etiologi

1.Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a.Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b.Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c.Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2.Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a.Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
b.Mobilitas menurun
c.Nutrisi yang sering kurang baik
d.Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e.Adanya hambatan pada aliran urin
f.Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

C.Klasifikasi

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1.Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4.ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2.ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a.Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b.Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c.Gangguan daya tahan tubuh
d.Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.

D.Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala yang sering ditemukan antara lain :
1.Disuria atau nyeri pada waktu berkemih akibat iritasi kandung kemih.
2.Polikisuria (peningkatan frekuensi berkemih).
3.perasaan ingin berkemih.
4.Adanya sel-sel darah putih dalam urin.
5.Nyeri punggung bawah/ suprapubis.
6.Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
7Bau urin yang tidfak menyenangkan dan keruh.
8.Urgensi (tidak miksi).
9.Enuresis noctural sekunder (mengompol pada orang dewasa).
10.prostatisms (sulit memulai miksi, arusnya kurang deras, berhenti sementara miksi)

E.Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi serta naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

F.Komplikasi

Berdasarkan pada data pengkajian maka komplikasi yang dapat timbul adalah :
1.Gagal ginjal akut
2.Sepsis
G.Pemeriksaan Penunjang
1.Urinalisis
a.Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b.Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.Bakteriologis
a.Mikroskopis
b.Biakan bakteri
3.Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4.Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.Metode tes
a.Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b.Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c.Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

H.Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
1.Terapi antibiotika dosis tunggal
2.Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3.Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4.Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
1.Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2.Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b.Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3.Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a.Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
b.Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c.Apakah terjadi inkontinensia urine?
4.Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a.Bag
b.aimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
c.Adakah disuria?
d.Adakah urgensi?
e.Adakah hesitancy?
f.Adakah bau urine yang menyengat?
g.Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
h.Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
i.Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
j.Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5.Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan dapat mencakup yang berikut:
1.Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain.
2.Perubahan pola eliminasi berhunbungan dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy.
3.Kurang pengetahuan tentang factor predisposisi infeksi dan kekambuhan, dan terapi farmakologi.
4Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri.
5.Ansitas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman pada konsep diri perubahan pada status kesehatan/fungsi peran.

C.Perencanaan dan Implementasi

Tujuan utama dapat mencakup pengurangan nyeri dan ketidaknyamanan, pengurangan sering berkemih, urgensi dan hesistancy, peningkatan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dan modalitas penanganan,tidak adanya komplikasi potensial.
1.Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain. kriteria evaluasi ; Melaporkan nyeri hilang terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.

IntervensiRasional

1.Kaji nyeri, perhatikan lokasi,intensitas (skala 0 – 10) lamanya memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/keefektifan intervensi.
Berikan tindakan kenyamanan dengan pijatan punggung, membantu pasien melakukan posisi yang nyaman, mendorong menggunakan relaksasi/latihan napas dalam, aktifitas terapeutik.meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Dorong menggunakan pemanasan perineum dan mandi rendam panas Membantu mengurangi ketidaknyamanan dan spasme
Terapi antimicrobial dimulai, Agen antispasmodic Membantu dalam mengurangi iritabilitas kandung kemih dan nyeri

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy.
Kriteria evaluasi : Mengurangi frekuensi ( sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
Evaluasi Rasional
Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi, teh, kola, alcohol) dihindari
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi.

Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari. Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi
Vitamin C, metanamin hipurat (Hiprex), metamin mendelat (Mandelamin). Pengasaman pH kandung kemih memperlambat pertumbuhan bakteri
Hindari tanda-tanda penolakan verbal ataupun nonverbal, rasa jijik atau kekecewaan terhadap kegagalan Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa percaya diri dan tidak membantu dalm mengsukseskan program

3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri.

Kriteria hasil : Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat,mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera.
Intervensi Rasional
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi. Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
Berikan tempat tidur yang nyaman Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan masase,segelas susu hangat Meningkatkan efek relaksasi.catatan ; susu mempunyai kualitas sopofik, menigkatkan sintesis serotonin,neutransmitter yang membantu pasien dan tidur lebih lama
Instruksikan tindakan relaksasi membantu mengiduksi tidur.

4.Ansitas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman pada konsep diri perubahan pada status kesehatan / fungsi peran.
kriteria evaluasi : Menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan penggunaan sumber secara efektif. Tampak rileks, dapat tidur / istirahat dengan tepat.
a.Kaji tingkat rasa takut pada pasien dan orang terdekat.perhatikan tanda pengingkaran,defresi atau penyempitan focus perhatian.
Rasional : Membantu nmenentukan jenis intervensi yang diperlukan.
b.Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan. Rasional : rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau pengetahuan, perubahan proses piker dan tingginya tingkat asietas dapat menurunkan ketakutan.
c.Dorong orang terdekat berpertisipasi dalam asuhan sesuai indikasi. Rasional : Keterlibatan meningkatkan rasa berbagi,menguatkan perasaan berguna, dan memeberikan kesempatan individu dan memperkecil rasa takut atau ketidaktahuan.
d.Dorong dan beri kesempatan untuk pasien atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah.
Rasional : Membuat perasaan terbuka dan kerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi / masalah.
5.Kurang pengetahuan tentang factor predisposisi infeksi dan kekambuhan deteksi dan pencegahan kekambuhan, dan terapi farmakologi. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman proses penyakit atau prognosis, mengamati hubungan tanda atau factor predisposisi penyakitnya,berpartisipasi dalam program pengobatan.
a.Kaji ulang proses penyakitnya, pengalaman pasien.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi
b.Dorong menyatakan rasa takut / perasaan dan perhatian.
Rasional : membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital.
c.Berikan pendidikan pasien. Wanita yang mengalami kekambuhan infeksi traktus urinarius harus menerima rincian instruksi pada poin – poin berikut :
1)Mengurangi konsentrasi pathogen pada orivisium vagina melalui tindakan hygiene.
a.Sering mandi pancuran daripada mandi rendam, karena bakteri dalam air dapat masuk keuretra.
b.Bersikan sekeliling perineum dan meatus uretra setip setelah defekasi dengan gerakan kedepan dan kebelakang.
2)Minum dengan sejumlah cairan dalam sehari untuk membilas keluar bakteri, hindari, teh, kola dan alcohol.
3)Berkemih tiap 2-3 jam sehari, dan kosongkan kandung kemih dengan sempurna. Hal ini mencegah distensi kandung kemih yang berlebihan dan gangguan terhadap suplai darah kedinding kandung kemih yang merupakan predisposisi UTI.
4)Jika hubungan sesuai, merupakan kejadian yang mengawali berkembangnya bakteriurinaria:
a.Segerah berkemih setelah melakukan hubungan seksual.
b.Minun agens antimicrobial dosis tunggal setelah hubungan seksual.
5). Jika bakteri tetap muncul dalam urin, terapi anti microbial jangka panjang diperlukan untuk mencegah kolonisasi area perioretral dan kekamuhan infeksi. Medikasi harus minum setelah pengosongan kandung kemih segerahlah sebelum pergi tidur untuk memastikan keadekuatan konsentrasi medikasi selama periode malam hari.
6). Jika diresepkan, pantau dan lakukan tes urin dip-slide( mikrostix) terhadap adanya bakteri seperti berikut:
a.Cuci sekeliling meatus uretra beberapa kali, menggunakan waslap yang berbeda
b.Kumpulkan specimen urin aliran tengah

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah ( Edisi 8 Volume 3 ) Jakarta : EGC.

Doengues, Marilynn E,dkk. 2000.Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.

Herdman T, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH Rating: 4.5 Diposkan Oleh: viviensinaga

0 comments:

Post a Comment