Tuesday 31 March 2015

kohort ibu,bayi dan balita Copy and WIN


BAB
I
PENDAHULUAN

1.1  Latar
Belakang
Bidan dalam
pelayanan k
ebidanan
mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan
sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan .Dalam memberi asuhan bidan
sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko
sosial .Di tengah masyarakat ,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan
kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup
yag tidak sehat.Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga
terhadap keluerga dan masyarakat.Oleh karena itu,bidan harus mempunyai
pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang
terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian
ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada
klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah
yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bi
sa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan
tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu
dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Mengingat
pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan maka,dalam makalah ini
akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain tentang: langkah langkah
dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan dalam pelayaanan
kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu ,bayi , balita, dan
PWS KIA) .
1.2  Rumusan
Masalah
·      
Apa yang dimaksud dengan manajemen
pelayanan kebidanan ?
·      
Bagaimana perencanaan dalam manajemen
pelayanan kebidanan ?
·      
Bagaimana cara pemantauan pelayanan
kebidanan ?
1.3  Tujuan
·      
Untuk mengetahui pengertian manajemen
pelayanan kebidanan.
·      
Untuk mengetahui perencanaan manajemen
pelayanan kebidanan.
·      
Untuk mengeahui cara pemantauan
pelayanan kebidanan.









BAB
II
PEMBAHASAN

A.Manajemen
Pelayanan Kebidanan
Dalam pelayanan
kebidanan,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan
untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan
kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai
provider.
Pengelola pelayanan
kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Defenisi operasional:
·      
Ada
Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
·      
Ada
format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
·      
Ada
pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
·      
Ada
diagnosa kebidanan.
·      
Ada
rencana asuhan kebidanan .
·      
Ada
dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan
·      
Ada
catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
·      
Ada
evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
·      
Ada
dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

Langkah
Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
:
Manajemen
pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam
pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi
dan evaluasi).

Langkah
I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.


Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa

Biodata

Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan &
Nifas
Biopsikospiritual

Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi

Palpasi

Auskultasi

Perkusi

4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi
yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6
(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan
diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang
lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah
II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa
Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh
profesi
2.Berhubungan langsung dengan
praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khas kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement
dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa
tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan
wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak
menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan
dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam
kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan
suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah

Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan
Wanita mengatakan belum ingin hamil

Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa
dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap
kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan
sekeluarga menyayangi binatang.

Langkah
III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan
pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
Ø  Besar
dari masa kehamilan
Ø  Ibu
dengan diabetes kehamilan
Ø  Kehamilan
kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi,
melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan
tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar,
bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya
distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada
terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah
dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,
pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah
IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus,
misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa
ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat
menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain
harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat.
Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
.           Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang
wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli
perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah
V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan
asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan
memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah
VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
dari asuhan klien.

Langkah
VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.

B.Perencanaan
Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.
Perencanaan
dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi
kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
1.    
Input
Semua
hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan .Unsur
masukan yang terpenting adalah tenaga,dana dan sarana .Secara umum di sebutkan
apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar yang
ditetapkan,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan,maka
sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
2.    
Proses
Semua
tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan
.Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni
tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila kedua
tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di
harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
3.    
Output
Yaitu
yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan daat
di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek medis pelayanan kesehatan
.Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.Secara umum di sebutkan
apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan
maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan
yang bermutu.
C.Pemantauan
pelayanan Kebidanan
Kohort Ibu,Balita dan Bayi
Pengertian

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal,
bayi dan balita.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi
dari data bidan.
Jenis registor kohort
1. Register kohort ibu
Register kohort ibu
merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko
yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi
pada saat ini lebih difokuskan pada kesehata
n ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya
duplikasi informasi.
2. Register kohort bayi
Merupakan sumber data
pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.

3. Register kohort balita
Merupakan sumber data
pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun
Cara pengisian kohort Ibu
kolom


1. Diisi nomer urut
2. Diisi nomer indeks dari famili folder
3. Diisi nama ibu hamil
4. Diisi nama suami ibu hamil
5. Diisi alamat ibu hamil
6. Diisi umur ibu hamil
7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan
pertama dalam minggu/tanggal HPL

8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun
9. Paritas diisi Gravidanya
10. Diisi bila jarak kahamilan <>
11. Diisi bila BB ibu <>
12. Diisi bila TB ibu <>
13. sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan
tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis
hasil pemeriksaannya

18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19. Diisi diisi tanggal ditemukan ibu
hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES.

20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.

23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :

K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I
s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan
rambu-rambu ?
.K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat
kalinya.

Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu ?
Perhatian: K4 tidak boleh rada usia
kehamilan 7 bulan

Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan
berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan
K4.

Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya
periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa
mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan
pemeriksaan dengan jelas
Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga
kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambu?
35. Penolong Persalinan, diisi tanggal
penolong persalinan tenaga kesehatan
36. Diisi tanggal bila yang menolong
bukan nakes.
37. Hasil akhir Kehamilan : Abortus
diisi tanggal kejadian abortus
38. Diisi lahir mati
39. Diisi BB bila BBL <>
40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41. Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v
bila sehat
42. Dijelaskan sakitnya
43. Diisi sebab kematiaannya
44. Diisi v (rumput)
45. Diisi apabila pindah, atau yang
perlu diterangkan
Cara pengisian
kohort Bayi.
Kolom
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor
urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada register kohort ibu.
2. Disi nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7 jelas
8. Diisi angka berat bayi lahir dalam
gram sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan
11. Diisi tanggal pemeriksaan post
neonatal oleh petugas kesehatan
12. sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi
dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik,
T = turun, R = Bawah garis titik¬ –
titik (BGT), BGM = Bawah garis merah

24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi

36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37.Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38. Diisi bila bayi pindah atau ada
kolom yang perlu keterangan.
Cara pengisian
kohort Balita
Kolom

1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan nomor urut
ibll pada register kohort ibu
2. Disi nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7 jelas
8. sd 31 dibagi 2, diisi hasil
penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32 sd 35 diisi
tanggal pcmberian vit A bulan februari
dan Agustus
36. Diisi tanggal bila ditemkan sakit
37. Diisi penyebab sakit
38. Diisi tanngal meninggal
39. Diisi sebab meninggal
40. Diisi tanggal bila ditemukan
kelainan tumbuh kembang
41. Diisi jenis kelainan tumbuh kembang.
42. Diisi bila ada kcterangan penting
tentang balita tersebut.

PWS
KIA
Setiap bulan data di kohort di
rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah
setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA
di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat
dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya
Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar
mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga
semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
dan AKB akan turun sesuai harapan.
Pendataan Sasaran
Pendataan suatu masyarakat yang
baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas
masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu
adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa,
pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan.
Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan
yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh
data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data
yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data
dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh
data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa
melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga
dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
Dalam
memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator cakupan ,yaitu
:cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan
antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan
neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal tahun1990-an telah digunakan alat pantau
berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang
mengikuti program jejak imunisasi.Dengan adanya PWS KIA ,data cakupan layanan
proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua propinsi.
Walau
demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi
gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa mengukur
AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10
tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator outcome
.Indikator tersebut antara lain :
ü  Cakupan penanganan kasus obstetri
ü  Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
ü  Jumlah kematian absolut
ü  Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK
dan PONED.
ü  Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di
suatu wilayah



BAB
III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan
dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen
kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bi
sa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias
dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3
unsur ,yaitu: input,poses dan outcome.
Pendataan
suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber
daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat
pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA)

B.Kritik dan Saran
Kami
berharap agar para mahsiswa kebidanan memahami tentang manajemen pelayanan
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin,Abdul
Bari.dkk.2006.Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal
.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Simatupang,Erna
Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan
Kebidanan
.Jakarta;EGC.
Soepardan
,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan.
Jakarta;EGC.

SITUS
manajemen-pelayanankesehatan.net/.../797-tehnik-pengorganisasian
tugas2kuliah.wordpress.com/.../makalah-manajemen-kesehatan-organasasi

kohort ibu,bayi dan balita Copy and WIN Rating: 4.5 Diposkan Oleh: viviensinaga

0 comments:

Post a Comment