TUGAS GERONTIK
KELOMPOK 6
1. Firmansyah
2. Haruni
3. Haswinda
4. Marwah Saleh
5. Rahmat Adi Surya
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas izin-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Gangguan fungsi otak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis menaruh harapan besar semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, dalam kesempatan ini penulis membuka diri menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Karena pada dasarnya tak ada ilmu yang sempurna, akhir kata mari kita mengembangkan disiplin ilmu keperawatan di dalam masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………...……………………………………………………………………………ii
KONSEP DASAR
Definisi…………………………………………………………………………………………….1
Bagian Otak……………………………………………………………………………………….6
Gangguan Otak…………………………………………………………………………………..10
KONSEP ASKEP
Pengkajian………………………………………………………………………………………..18
Diagnose keperawatan…………………………………………………………………………...19
Intervensi dan Rasional…………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….iii
BAB I
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Otak manusia merupakan bagian tubuh paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta. Inilah satu-satunya organ yang senantiasa berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak itu akan berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.
Otak manusiaadalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta selsarafatau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badandan pemikiranmanusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisimanusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53)
Sekarang ini banyak orang yang terkagum-kagum dengan kecanggihan sebuah mesin bernama komputer yang sanggup melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan manusia atau menyaksikan kepintaran sebuah robot yang bisa melakukan perintah sesuai dengan yang diperintahkan sang pembuatnya, dan kemudian mereka mengagumi sang pembuat komputer/ robot dan memuji betapa hebatnya dia. Namun sayangnya hanya sedikit yang menyadari bahwa dalam diri masing-masing orang terdapat begitu banyak hal yang luar biasa yang seharusnya lebih pantas dikagumi dan selanjutnya tentu saja mengagumi yang membuat hal-hal tersebut begitu luar biasa.
Kali ini kita ingin mencoba mempelajari sebuah benda yang lebih luar biasa dari sekedar komputer. Setiap dari kita mempunyai benda tersebut, letaknya di kepala kita. Mengapa dikatakan luar biasa? Tidak lain karena susunannya begitu rumit dan yang paling penting adalah keberadaannya begitu vital bagi kehidupan kita.
Benda tersebut bernama OTAK. Karena fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan manusia maka Allah SWT meletakkannya pada bagian paling atas dari tubuh kita. Otak kita berwarna putih dan diselimuti selaput yang berwarna merah muda. Pertama kali kita lahir ke dunia berat otak kita hanya sekitar 300 gram (sedikit lebih kecil dari berat otak seekor spipanse dewasa yaitu 420 gram).
Setelah itu otak kita mengalami perkembangan dengan kecepatan yang mengagumkan. Selama masa perkembangan itu sekitar 250000 neuron (sel syaraf) bertambah setiap menit. Perkembangan ini berlangsung selama beberapa tahun setelah kelahiran, ketika kita usia kita mencapai umur 2 tahun ukuran otak kita sudah mencapai sekitar 80% dari ukuran otak orang dewasa. Perkembangan otak tersebut mencapai puncaknya (tidak berkembang lagi) ketika kita sudah menginjak usia dewasa, pada saat itu berat otak kita rata-rata mencapai sekitar 1,3 – 1,4 kilogram, sedangkan jumlah neoron pada otak orang dewasa adalah sekitar 100 milyar. Perkembangan ini sesuai dengan perkembangan tubuh kita yang sudah tidak mengalami pertambahan tinggi lagi ketika kita mencapai usia tertentu (dewasa).
B. BAGIAN OTAK MANUSIA
Pada anatomi otak vertebrata, otak depan (bahasa Inggris: prosencephalon, forebrain) adalah bagian atas dari otak. Pada tahap perkembangan sistem saraf pusat(bahasa Inggris: five-vesicle stage), otak depan berkembang dan memisahkan diri menjadi otak besar dan diensefalon. Jika pada masa embrio, otak depan mengalami hambatan untuk berkembang menjadi kedua lobus ini, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut holoprosensefali (bahasa Inggris: holoprosencephaly).
1) Otak besar
Otak besar (bahasa Inggris: telencephalon, cerebrum) adalah bagian depan yang paling menonjol dari otak depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak belahan kiri mengalami gangguan maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap belahan otak depan terbagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal. Antara lobus frontal dan lobus pariental dipisahkan oleh sulkus sentralisaandyn04.blogspot.com atau celah Rolando.
Istilah telencephalon mengacu pada struktur embrio yang kemudian berkembang menjadi cerebrum:
· Dorsal telencephalonatau pallium berkembang menjadi cerebral cortex
· Ventral telencephalonatau sub-pallium berkembang menjadi basal ganglia.
Korteks otak besar (bahasa Inggris: cerebral cortex, grey matter) merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu yang terdiri dari 15 - 33 miliar neuron yang masing-masing tersambung ke sekitar 10.000 sinapsis, satu milimeter kubik terdapat kurang lebih satu miliar sinapsis. Komunikasi yang terjadi antar neuron dalam bentuk deret panjang pulsa sinyal yang disebut potensial aksi dimungkinkan melalui fiber protoplamik yang disebut akson yang dapat dikirimkan hingga ke bagian jauh dari otak atau tubuh untuk menemukan reseptor sel tertentu.
Terdapat enam lapisan korteks, neokorteks/isokorteks, arcikorteks, paleokorteks, allokorteks yang berlipat-lipat sehingga permukaannya menjadi lebih luas dengan ketebalan 2 hingga 4 mm. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf yang mengendalikan ingatan, perhatian, persepsi, pertimbangan, bahasa dan kesadaran.
3) Ganglia dasar
Ganglia dasar (bahasa Inggris: basal ganglia, white matter) merupakan lapisan yang berwarna putih. Lapisan dalam banyak mengandung serabut saraf, yaitu Dendrit dan Neurit
Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Secara terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir. Di belakang (Posterior) sulkus entralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima dan diinterpretasikan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
4) Diensefalon
· mid-diencephalic territory
· pretalamus / ventral talamus / subtalamus, terletak di bawah kelenjar hipotalamus. Nuklei berupa zona incerta, thalamic reticular nucleus, dan fields of Forel. Pretalamus terpola sinyal SHH (bahasa Inggris: sonic hedgehog homolog) dari ZLI dan setelah itu membuat koneksi yang berbeda-beda ke striatum (caudate nucleus dan putamen) dalam otak depan, ke talamus (gugus medial dan lateral nucleus) dalam otak kecil, dan ke red nucleus dan substantia nigra dalam otak tengah. Pretalamus ditengarai mempunyai andil dalam pengendalian pola konsumsi termasuk defecation dan copulation.
· zona limitan intratalamika (bahasa Inggris: zona limitans intrathalamica, ZLI) yang berfungsi sebagai pusat sinyal layaknya cerebrumdan sebagai pembatas antara talamus dan pretalamus.
· talamus / dorsal talamus yang berfungsi antara lain menghubungkan komunikasi antar belahan otak besar.
· hipotalamus, merupakan pusat pengendalian waktu biologis, suhu tubuh dan sekresi hormon dan fungsi biologis lain. Hipotalamus terletak di dasar otak depan.
· Epitalamus
· pretektum
5) Otak tengah
· tektum, terdiri dari 2 pasang colliculi yang disebut corpora quadrigemina:
· inferior colliculi, terlibat pada proses pendengaran. Sinyal yang diterima dari berbagai nukleus batang otak diproyeksikan menuju bagian dari talamus yang disebut medial geniculate nucleus untuk diteruskan menuju korteks pendengaran primer (bahasa Inggris: primary auditory cortex).
· cerebral peduncle
· tegmentum adalah jaringan multi-sinapsis yang terlibat pada sistem homeostasis dan lintasan refleks.
· crus cerebri
· substantia nigra
6) Otak belakang
Otak belakang (bahasa Inggris: myelencephalon, metencephalon, rhombencephalon) meliputi jembatan Varol (bahasa Inggris: pons, pons Varolii), sumsum lanjutan (bahasa Inggris: medulla oblongata), dan otak kecil (bahasa Inggris: cerebellum). Ketiga bagian ini membentuk batang otak (bahasa Inggris: brainstem).
· Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak besar.
· Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan jembatan pons dengan sumsum tulang belakang. Sekelompok neuron pada formasi retikular di dalam sumsum lanjutan berfungsi mengontrol sistem pernafasan, dan syaraf kranial yang berfungsi mengatur laju denyut jantung juga berada pada sumsum ini.[2]aandyn04.blogspot.com Selain itu juga berperan sebagai pusat pengatur refleks fisiologi, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip.
7) Otak Kecil
Otak kecil (bahasa Inggris: cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Keajaiban lain dari otak adalah dia mempunyai sistem pertahanan yang melindungi otak dari ‘penyusupan’ benda-benda asing yang terbawa saat mengangkut makanan. Sistem pertahanan itu disebut Penghambat Darah Otak atau Blood-Brain-Barrier (BBB). Selain mengawasi benda-benda asing yang mencoba menyusup, dia juga bertugas melindungi otak dari hormon-hormon dan neurotransmitter pada seluruh wilayah tubuh. Sedangkan tugas yang sangat penting lainnya adalah menjaga ‘lingkungan’ otak agar selalu pada kondisi yang tetap (tidak berubah-ubah).
Tetapi sistem penjagaan ini (BBB) bersifat semi-bocor, artinya dia mengijinkan beberapa benda masuk ke otak, tetapi menahan yang lainnya. Hampir semua bagian dari tubuh mempunyai bagian terkecil dari pembuluh darah yang disebut kapiler (caplliaries) terhubung dengan sel endothelial. Diantara sel-sel dalam jaringan endothelial ini mempunyai rongga sehingga bisa dilewati oleh zat-zat kimiawi (substrance) di antara bagian luar dan dalam dari pembuluh darah. Akan tetapi pada otak, sel-sel endothelial saling tertutup rapat sehingga tidak memungkinkan sesuatu masuk dalam aliran darah. Sedangkan untuk beberapa molekul, seperti glukosa didistribusikan melalui darah menuju otak dengan cara yang khusus.
Molekul-molekul yang besar tidak dengan mudah memasuki otak melalui BBB. Selain itu molekul dari lemak rendah (lipid) yang bisa diserap juga tidak bisa menembus otak, tetapi molekul lipid yang bisa diserap seperti yang terdapat pada obat-obatan yang bisa membuat orang lemas atau tertidur dapat dengan mudah menembus otak. Sedangkan molekul yang mempunyai muatan listrik yang tinggi akan diperlambat .
Akan tetapi sistem pertahanan tersebut dapat didobrak oleh beberapa hal seperti; hipertensi (tekanan darah tinggi), adanya sebuah konsentrasi tinggi dari sebuah substansi pada darah, terkena radiasi, infeksi dan gelombang mikro.
C. GANGGUAN OTAK
Gangguan Otak terjadi seiring berjalannya waktu, semakin umur anda bertambah perlahan-lahan kita akan kehlangan kemampuan untuk memproses informasi seperti ketika masih muda. Hal ini adalah alami dan tidak dapat dihindari tetapi terdapat banyak strategi sederhana yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan memori yang lebih baik.
Psikologi mendefinisikan memori sebagai suatu kemampuan mental organisme untuk menyimpan dan mengingat informasi. Bidang studi filsafat mengarahkan memori ke masa lalu. Orang-orang datang dengan segala macam teknik-teknik aneh dalam upaya meningkatkan memori buatan. Studi memori menjadi model psikologi kognitif pada akhir 19 dan awal abad ke-20. Sekarang ada sebuah bidang utama di bawah cabang ilmu pengetahuan yang disebut Cognitive Neuroscience.
Bila otak kita mengambil bentuk dan informasi sebagai bagian dari memori maka ada tiga langkah yang ditempuh, yaitu informasi yang menjadi didaftar, dikodekan, dan kemudian diproses oleh otak. Sebuah catatan permanen yang diciptakan oleh otakuntuk menyimpan sebanyak mungkin informasi. Dan ini segera akan muncul setelah keadaan pemicu yang relevan dengan informasi tersebut untuk membantu anda.
Contoh gangguan otak:
a. Cidera medulla spinalis
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.
b. Alzheimer
Dementia prasenil karena atrofia difus kulit otak besar yang sering kali terjadi pada seluruh lobus frontal dan lobus temporal, disertai dengan degenerasi serabut-serabut syaraf; kelainan-kelainan juga terdapat pada ganglion-ganglion basal.
Dementia prasenil karena atrofia difus kulit otak besar yang sering kali terjadi pada seluruh lobus frontal dan lobus temporal, disertai dengan degenerasi serabut-serabut syaraf; kelainan-kelainan juga terdapat pada ganglion-ganglion basal.
c. Nerve Bell Palsy
Paralisis/paresis perifer syaraf otak ke-7 (nervus fasialis) tanpa sebab yang jelas, seringkali berkaitan dengan pajanan terhadap dingin, karena infeksi virus, kerusakan syaraf otak ke-7 atau pusatnya.
d. Kanker Otak
Pembengkakan sel neoplasma ganas yang terjadi di otak.
e. Tumor Otak
Pembengkakan sel neoplasma yang terjadi di otak yang bersifat jinak atau tidak ganas
f. Epilepsi
f. Epilepsi
Gangguan pada sistem syaraf pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik sel syaraf secara berulang.
f. Meningitis
Radang pada selaput otak atau pada selaput sumsum tulang belakang
h. Encephalitis
h. Encephalitis
Radang yang terjadi di otak.
g. Stroke
Kita mungkin sering mendengar tentang serangan otak atau dalam bahasa medis disebut Stroke. Kondisi ini terjadi jika pasokan darah ke otak berhenti dan jika ini berlangsung untuk waktu yang cukup lama maka neouron dalam otak akan mati karena kehabisan oksigen. Salah satu akibat nyata dari serangan otak ini adalah hilangnya kemampuan bicara seseorang, serangan yang lebih berat lagi bisa menimbulkan kelumpuhan pada anggota badan tertentu dan bahkan kematian.
ETIOLOGI
Ada dua penyebab utama dari serang otak:
1. Pertama adalah terhambatnya pembuluh darah pada otak atau leher yang disebabkan oleh penggumpalan darah pada otak atau leher, atau penggumpalan dari bagian tubuh yang lain dan kemudian menyumbat pembuluh darah pada otak atau leher, atau juga adanya penyempitan pembuluh arteri pada kepala atau leher.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan serangan otak seperti: tekanan darah tinggi, serangan jantung, kebiasaan merokok dan penyakit diabetes.
TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda-tanda terjadinya serangan otak adalah:
· merasa lemah dan mati rasa pada wajah, lengan atau kaki pada salah satu bagian dari tubuh. Atau tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu mata.
· Selain itu juga kesulitan berbicara atau kesulitan dalam memahami pembicaraan.
· serangan sakit kepala secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.
· Bisa juga pusing yang tidak beralasan, tidak mampu berdiri atau tiba-tiba terjatuh khususnya jika dibarengi dengan salah satu tanda yang telah disebutkan.
FAKTOR RESIKO
· Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.
terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.
· Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
akan menyebabkan infark sel – sel otak.
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
akan menyebabkan infark sel – sel otak.
· Penyakit Jantung. Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah.
· Gangguan Aliran Darah Otak Sepintas. Pada umumnya bentuk – bentuk gejalanya adalah sebagai berikut : Hemiparesis, disartri, kelumpuhan otot – otot mulut atau pipi (perot), kebutaan mendadak, hemiparestesi dan afasia.
· Hiperkolesterolemi. Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
· Infeksi. Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.
· Obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.
· Merokok. Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung.
· Kelainan pembuluh darah otak. Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan menimbulkan perdarahan.
· Lain – lain. Lanjut usia, penyakit paru – paru menahun, penyakit darah, asam urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.
PATOFISIOLOGI
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang ireversibel terjadi setelah tujuh sampai sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca+2 .Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik.
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect. Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan bicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominant ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic. Penyumbatan pada arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di thalamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons dan medulla oblongata.aandyn04.blogspot.comEfek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan.
MANIFESTASI KLINIS
Menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak ade kuat, dan jumlah aliran darah kolateral(sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
1. Kehilangan motorik
Yaitu penyakit motor neuron atas dan mengakibtkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah stu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
Disfagia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
Apraksia (ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
Afasia dan penatalaksanaan keperawatannya didiskusikan secara detil setelah proses keperawatan pasien stroke.
3. Gangguan Persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi dan persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. Hormonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen. Sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis. Kepala pasien berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cenderung mengabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut; ini disebut dengan amorfosintesis. Pada keadaan ini, pasien tidak mampu melihat makanan pada setengan nampan, dan hanya setengah ruangan yang terlihat. Penting untuk perawat secara konstan mengingatkan pasien tentang sisilain tubuhnya, mempertahankan kesejajaran ekstremitas dan bila mungkin, menempatkan ekstermitas dimana pasien mampu melihatnya.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikolgik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan kerena merusak kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih. Kadang-kadang kontrol spingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan katerterisasi intermitten dengan tekhnik steril. Ketika tonus otot meningkat dan refleks tendon kembali, tonus kandung kemih meningkat dan spastisitas kandung kemih daapat terjadi. Karena indra kesadaran pasien kabur, inkontinensia urinarius menetap atau retensi urinarius mungkin simtomatik karena kerusakan otak bilateral. Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologik luas.
BAB 11
KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
Lembar alir neurologik dipertahankan untuk menunjukkan parameter pengkajian keperawatan dibawah ini:
1) Perubahan pada tingkat ketidaksadaran atau responsivitas yang dibuktikan oleh gerakan, menolak terhadap perubahan posisi, dan respons terhadap stimulasi; berorentasi terhadap tempat, waktu dan orang.
2) Adanya atau tidak adanya gerakan volunter atau involunter ektermitas; tonus otot, postur tubuh, dan posisi kepala.
3) Kekakuan atau flaksidtas leher.
4) Pembukaan mata, ukuran komparatif dan reaksi pupil terhadap cahaya, dan posisi okular.
5) Warna wajah dan ektermitas; suhu dan kelembaban kulit.
6) Kualitas dan frekuensi nadi dan pernafasan; gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh. Dan tekanan arteri.
7) Kemampuan untuk bicara.
8) Volume cairan yang diminum atau diberikan dan volume urine yang dikeluarkan setiap 24 jam.
Ketika pasien mulai sadar, tanda keletihan dan konfusi eksterm tamapak sebagai akibat edema serebral yang mengikuti stroke. Untuk mengurangi adanya ansietas, upaya-upaya harus dilakukan pada interval sering untuk mengorientasikan pasien pada waktu dan tempat serta memberikan keyakinan.
Bila terjadi lesi pada himisfer dominan, pasien juga mungkin mengalami afasia. Lesi himisfer non-dominan dapat menyebabkan apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan gerakan yang dipelajari sebelumnya).
Setelah fase akut, perawat mengkaji fungsi-fungsi berikut: status mental (memori, lapang perhatian, persepsi, orientasi, afek, bicara/bahasa), sensasi/persepsi (biasanya pasien mengalami penurunan kesadaran terhadap nyeri dan suhu); kontrol motorik (gerakan ekstermitas atas dan bawah); dan fungsi kandung kemih.
Pengkajian perawat berlanjut untuk memfokuskan pada kerusakan fungsi pada aktifitas sehari-hari pasien karena kualitas hidup setelah stroke sangat berkaitan dengan status fungsi pasien.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk pasien meliputi hal berikut:
1) Inkontinensia yang berhubungan dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi.
2) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas, dan cedera otak.
3) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan dengan oklusi otak, perdarahan, vasospasme dan edema otak.
4) Gangguan komunikasi verbal atau tulis berhubungan dengan gangguan sirkulasi cerebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus otot facial atau oral dan kelemahan secara umum.
5) Perubahan proses berfikir yang berhubungn dengan kerusakan otak, konfusi, ketidakmampua untuk mengikuti instruksi.
6) Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan, mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
7) Nyeri (bahu nyeri) yang berhubungan dengan hemiplegia dan disuse.
8) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas.
9) Perubahan proses keluarga yang berhubungn dengan penyakit berat dan beban pemberian perawatan.
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
1) Inkontinensia yang berhubungan dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi.
· Kaji kemampuan pasien dalam berkemih
Rasional : Mengetahui kemampuan pasien dalam berkemih dan pengambilan tindakan yang tepat
· Memberikan latihan pola berkemih dianalisis dan penggunaan urinal dan bedpan diberikan pada pola ini atau terjadwal
Rasional : Membantu pasien dalam mengontrol proses berkemih
· Berikan posisi berkemih sesuai kebutuhan pasien
Rasional : Membantu dalam pengeluaran urine agar pasien merasa nyaman
2) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas, dan cedera otak.
a) Kaji kemampuan fungsional otot, Klasifikasi dengan skala 0-4.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan /kelemahan dapat membantu memberi informasi yang diperlukan untuk membantu pemilihan intervensi karena tehnik yang berbeda digunakan untuk flacid dan spastis paralisis.
b) Rubah posisi tiap 2 jam, ( supinasi, sidelying ) terutama pada bagian yang sakit dapat menurunkan resiko iskemia jaringan injury.
Rasional : Sisi yang sakit biasanya kekurangan sirkulasi dan sensasi yang buruk serta lebih mudah terjadi kerusakan kulit/dekubitus.
c) Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari jika pasien dapat mentolerir.
Rasional : Memmbantu memelihara fungsi ekstensi panggul sdan membantu bernafas.
d) Mulai ROM. Aktif/pasif untuk semua ekstremitas . Anjurkan latihan meliputi latihan otot quadriceps/gluteal ekstensi, jari dan telapak tangan serta kali.
Rasional : Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur, menurunkan resiko hiperkalsiurea dan osteoporosis pada pasien dengan haemorhagic.
e) Sangga ekstremitas pada posisi fungsional, gunakan footboard selama periode placid paralisis, pertahankan posisi kepala netral.
Rasional : Dapat mencegah kontraktur atau footdrop dan memfasilitasi pengembalian fungsi. Flaccid paralisis dapat dikurangi dengan menyangga kepala, dimana spastic.
f) Gunakan segitiga penyangga lengan pada pasien dengan posisi tegak.
Rasional : Penggunaan segitiga penyangga lengan selama masa flaccid paralisis akan menurunkan resiko subluksasi.
Rasional : Penggunaan segitiga penyangga lengan selama masa flaccid paralisis akan menurunkan resiko subluksasi.
g) Evaluasi penggunaan dan kebutuhan terhadap bantuan posisi dan atau pembatas selama fase spastic paralisis.
Rasional : Kontraktur fleksi terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari otot ekstensor.
h) Tempatkan bantal di bawah aksila sampai lengan bawah.
Rasional : Mencegah abduksi bahu dan fleksi siku
i) aandyn04.blogspot.comElevasi lengan dan tangan dapat meningkatkan aliran balik vena dan mencegah terjadinya formasi edema.
Rasional : membantu memperlancar sirkulasi darah.
j) Letakan gulungan padat pada telapak tangan dengan jari-jari menggengam.
Rasional : Menurunkan stimulasi fleksi jari-jari dan memelihara jari dan jempol pada posisi fungsional.
k) Pertahankan kaki pada posisi netral dengan trochanter.
Rasional : Mencegah terjadinya rotasi eksternal pinggul.
Rasional : Mencegah terjadinya rotasi eksternal pinggul.
l) Bantu pasien duduk jika tanda-tanda vital stabil, kecuali pada stroke haemorhagic.
Rasional : Membantu menstabilkan tekanan darah, membantu memelihara ekstremitas pada posisi fungsional dan mengosongkan kandung kemih yang mengurangi terjadinya batu buli-buli dan resiko infeksi karena stasis urine.
m) Observasi sisi yang sakit seperti warna, edema, atau tanda lain seperti perubahan sirkulasi.
Rasional : Jaringan yang edema sangat mudah mengalami trauma, dan sembuh dengan lama.
n) Anjurkan pasien untuk membantu melatih sisi yang sakit dengan ektremitas yang sehat.
Rasional : mengurangi rasa sakit.
3) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan dengan oklusi otak, perdarahan, vasospasme dan edema otak.
a) Tentukan faktor penyebab gangguan yang berhubungan dengan situasi individu, penyebab koma, penurunan perfusi serebral dan potensial peningkatan TIK.
Rasional : Penyebab menentukan intervensi yang akan dilaksanakan. Perubahan tanda-tanda neurologis atau kegagalan setelah serangan mungkin memerlukan tindakan pembedahan serta memerlukan perawatan kritis untuk memonitor TIK.
b) Monitor status neurologi dan bandingkan dengan standar. Kaji perubahan status kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK.
Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi, penyebaran dan kerusakan syaraf kranial. Dapat pula memperkirakan peningkatan TIK yang mungkin berhubungan dengan thrombosis CVA.
c) Monitor vital sign: hipertensi atau hipotensi, bandingkan tekanan antara kedua lengan.
Rasional : Gejala yang bervariasi dapat terjadi karena penekanan cerebral atau adanya cedera pada area vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi dapat merupakan faktor pencetus,. Hipotensi dapat terjadi karena syok atau kolapsnya sirkulasi. Peningkatan TIK terjadi karena edema jaringan, atau formasi bekuan. Bendungan pada arteri subklavialdapat tejadi karena perbedaan tekanan pada kedua lengan.
d) Auskultasi denyut jantung dan irama,serta adnya murmur.
Rasional : Perubahan denyut jantung terutama bradikardi dapat terjadi karena kerusakan otak. Disritmia dan mur-mur karena penyakitjantung sebagai pencetus CVA (seperti stroke setelah MI atau dari disfungsi katup).
e) Amati respirasi, bentuk dan irama seperti cheyne stokes.
Rasional : Ketidakaturan dapat menunjukan lokasi peningkatan TIK dan membutuhkan intervensi lebih lanjut meliputi support pernafasan
f) Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional : Reaksi pupil diatur oleh syaraf ke tiga kranial (okulomorik) yang menunjukan keutuhan batang otak.ukuran pypil menunjukan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respon terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari sayaraf ke dua dan ketiga kranial.
g) Catat perubahan pandangan seperti pandangan kabur, gangguan lapang pandang dan persepsi pandang.
Rasional : Gangguan spesifik pada penglihatan dipengaruhi oleh gangguan area otak, prerasaan aman dan dampak dari intervensi.
h) Posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral ( hanya tempat tidurnya saja yang ditinggikan ).
Rasional : Menurunkan tekanan artrial dengan membantu drainase vena dan dapat peningkatkan sirkulasi ferfusi cerebral.
i) Pertahankan istirahat di tempat tidur, beri lingkungan yang tenang, batasai pengunjung dan aktivitas sesuai dengan indikasi. Berikan latihan diantara periode istirahat batasi durasi pelaksanaan prosedur.
Rasional : Stimulasi yang terus menerus akan meningkatkan TIK. Istirahat mutlak dan ketenangan dibutuhkan untuk mencegah perdarahan kembali pada kasus haemorrhagic.
j) Cegah mengedan yang terlalu kuat, bantu dengan latihan nafas.
Rasional : Valvasa manuver akan meningkatkan TIK dan berisiko terjadinya perdarahan kembali.
k) Kaji adanya kaku kuduk, twitching, kelelahan, iritabilitas dan onset kejang. Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningen terutama pada perdarahan. Kejang merupakan akibat dari peningkatan TIK.
4) Gangguan komunikasi verbal atau tulis berhubungan dengan gangguan sirkulasi cerebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus otot facial atau oral dan kelemahan secara umum
a. Kaji tipe disfungsi misalnya : pasien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengeti bahasa sendiri.
Rasional : Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan pasien dengan sebagian atau seluruh proses komunikasi, pasien mungkin mempunyaimasalah dalam mengartikan kata-kata 9 afasia, wernicke, area dan kerusakan pada area broca )
Rasional : Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan pasien dengan sebagian atau seluruh proses komunikasi, pasien mungkin mempunyaimasalah dalam mengartikan kata-kata 9 afasia, wernicke, area dan kerusakan pada area broca )
b. Bedakan afasia dengan dsiatria dapat menentukan pilihan intervensi pada tipe gangguan.
Rasional : membantu untuk menentukan intervensi lebih lanjut.
c. Dengan percakapan yang salah dan lengkap.
Rasional : Pasien dapat kehilangan kemampuan untuk memonitor ucapannya, komunikasinya secara tidak sadar, dengan melengkapi dapat merealisasikan pengertian pasien mengklarifikasikan asi/arti
d. Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat ke pintu.
Rasional : untuk menguji afasia reseptif.
e. Perintahkan pasien untuk menyebutkan nama suatu benda yang diperlihatkan.
Rasional : Menguji afasia, ekspresif, misalnya pasien dapat mengenal benda tersebut tetapi tidak mampu menyebutkan namanya.
f. Perdengarkan bunyi yang sederhana seperti “sh……cat”
Rasional : Mengidentifikasi disatria komponen berbicara ( lidah, gerakan bibir, kontrol pernafasandapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin tidak terjadinya afasia ekspresif ).
Rasional : Mengidentifikasi disatria komponen berbicara ( lidah, gerakan bibir, kontrol pernafasandapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin tidak terjadinya afasia ekspresif ).
g. Suruh pasien untuk menulis nama atau kalimat pendek, bila tidak mampu untuk menulis suruh pasien untuk membaca kalimat pendek.
Rasional : Menguji ketidakmampuan menulis ( agrafia ) dan deficit membaca (alexia ) yang juga merupakan bagian dari afasia reseptif dan ekspresif.
Rasional : Menguji ketidakmampuan menulis ( agrafia ) dan deficit membaca (alexia ) yang juga merupakan bagian dari afasia reseptif dan ekspresif.
h. Beri peringatan bahwa pasien di ruang ini mengalami gangguan berbicara, sediakan bel khusus bila perlu.
Rasional : Untuk kenyamanan berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi.
i. Memilih metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan tulis, menggambar dan mendemonstrasikan secara visual gerakan tangan.
Rasional : Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu.
Rasional : Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu.
j. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien.
Rasional : Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan berkomunikasi.
k. Ucapkan langsung kepada klien berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak dan perhatikan respon klien
Rasional : Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
Rasional : Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
l. Berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu pasien untuk berespon.
Rasional : Pasien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak menyebabkan pasien marah dan tidak menyebabkan rasa frustasi.
m. Menganjurkan pengunjung untuk berkomunikasi dengan pasien misalnya membaca surat, membicarakan keluarga.
Rasional : Menurunkan isolasi sosial dan mengefektifkan komunikasi.
n. Membicarakan topik-topik tentang keluarga pekerjaan dan hobi.
Rasional : Meningkatkan pengertian percakapan dan kesempatan.untuk mempraktekan ketrampilan praktis dalam berkomunikasi.
Rasional : Meningkatkan pengertian percakapan dan kesempatan.untuk mempraktekan ketrampilan praktis dalam berkomunikasi.
o. Perhatikan percakapan pasien dan hindari berbicara secara sepihak
Rasional : Memungkinkan pasiendihargaikarena kemampuan intelektuialnya masih baik.
Rasional : Memungkinkan pasiendihargaikarena kemampuan intelektuialnya masih baik.
5) Perubahan proses berfikir yang berhubungn dengan kerusakan otak, konfusi, ketidakmampua untuk mengikuti instruksi.
a. Kaji kekuatan dan kemampuan pasien yang ada sambil berusaha untuk meningkatan kinerja fungsi dari bagiantubuh yang sakit
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit
b. Kaji kemampuan fungsi kognitif setelah cedera kepala
Rasional : mengetahui perubahan tingkat kognitif pasien setelah mengalami cedera kepala
c. Kolaborasi dengan petugas medis lain tentang program latihan.
Rasional : Menggunakan latihan kembali persepsi kognitif, kesan pengihatan, orientasi realitas dan prosedur yang memberi petunjuk untuk menkonpensasi kehilangan
6) Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan, mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Rasional : Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
b. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan pasien dan bantu bila perlu.
Rasional : Pasien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
Rasional : Pasien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
c. Menyadarkan tingkah laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan suport pola pikir ijinkan pasien melakukan tugas, beri feedback, positip untuk usahanya.
Rasional : Pasien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani pasien. Sekaligus meningkatkan harga diri, memandirikan pasien dan menganjurkan pasien untuk terus mencoba.
d. Rencanakan tindakan untuk deficit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
Rasional : Pasien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
Rasional : Pasien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
e. Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan dari jalan
Rasional : Menjaga keamanan pasien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkan resiko tertimpa perabotan.
Rasional : Menjaga keamanan pasien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkan resiko tertimpa perabotan.
f. Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisau garpu, sikat dengan pegangan panjang, ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi.
Rasional : Mengurangi ketergantungan.
g. Kaji kemampuan komunikasi untuk Bak. Kemampuan mengunakan urinal, pispot. Antarkanke kamar mandi bila kondidisi memungkinkan.
Rasional : Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
Rasional : Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
h. Identifikasi kebiasaan Bab. anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
Rasional : Meningkatkan latihan dan menol;ong mencegah konstipasi
Rasional : Meningkatkan latihan dan menol;ong mencegah konstipasi
7) Nyeri (bahu nyeri) yang berhubungan dengan hemiplegia dan disuse
a. Kaji adanya keluhan nyeri
Rasioal : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
b. Dorong pasien untuk melakukan latihan pada sisi yang sakit
Rasional : Mempercepat proses pemulihan.
c. Berikan mobilisasi sesuai kebutuhan pada sisi yang sakit
Rasional : Meminimalkan atrofi otot dan membantu melancarkan sirkulasi darah
b. Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi.
Rasional : Tindakan mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosional.
8) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas.
a. Kaji pada area kulit yang mengalami penonjolan dan bagian tubuh yang dependen.
Rasional : mengetahui lokasii yang dapat mencetuskan nyeri dan memudahkan pengambilan tindakan
b. Berikan tempat tidur khusus misalnya tempat tidur beraliran udara rendah
Rasional : Membantu dalam proses pemulihan
c. Atur jadwal mengubah psisi tbuh dan membalik tubuh secara teratur harus di ikuti
Rasional : Meminimalkan tekanan dan mencegah kerusakan kulit
d. Posisikan klien atau membalik tubuh klien sedikitnya setiap 2 jam dengan berhati-hati
Rasional : meminimalkan gesekan dan friksi yang dapat menyebabkan kerusakan jarngan dan mencetuskan kerusakan kulit pasien
e. Kulit pasien hars dijaga agar tetap bersih dan kering, massase dengan tekanan yang lembut dan sehat.
Rasional : Dapat menolong integritas jaringan dan kulit tetap normal
9) Perubahan proses keluarga yang berhubungn dengan penyakit berat dan beban pemberian perawatan
a. Evaluasi derajat gangguan persepsi sensuri
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien
b. Diskusikan proses patogenesis dan pengobatan dengan klien dan keluarga.
Rasional : memudahkan dalam pengambilan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
c. Identifikasi cara dan kemampuan untuk meneruskan progranm perawatan di rumah.
Rasional : memudahkan dalam melakukan perawatan
d. Identifikasi factor risiko secara individual dan lakukan perubahan pola hidup.
Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat mencetuskan terjadinya serangan berulang.
e. Buat daftar perencanaan pulang.
Rasional : keluarga dan pasien dapat mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan pada saat perawatan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1. corwin, Elizabeth J. 2000. buku saku patofisiologi. jakarta: EGC.
2. Smeltzer&Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.EGC.Jakart
0 comments:
Post a Comment